Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Kamis, 22 Februari 2024 | 17:16 WIB
Pengelola Warteg di Bekasi Menjerit: Beras Mahal, Harga Dinaikkan Pembeli Kabur [Suara.com/Mae Harsa]

octa-tracking.com - Sejumlah pengusaha warung tegal (warteg) di Bekasi mengeluhkan lonjakan harga beras yang membuat mereka mengalami penurunan omzet.

Seperti Winarsih (25), seorang pegawai di warteg di Jalan Kalibaru Timur, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi. Dia mengaku, sejak harga beras melambung naik pendapatannya cukup berkurang.

“Selisihnya bisa sampai Rp300 ribu tadinya (omzet) Rp1,8 juta turun jadi 1,5 juta per hari,” kata Winarsih, Kamis (22/2/2024).

Jika ditotal, dalam satu bulan warteg tempat Winarsih bekerja mengalami penurunan omzet sekitar Rp9 juta.

Baca Juga: Berburu Beras Murah di Harapan Jaya: Antrean Warga Mengular Hingga 50 Meter

Meski harga beras melambung tinggi, Winarsih mengatakan pihaknya tetap membeli beras dengan kualitas yang sama seperti sebelumnya. Namun, dia enggan merinci jenis beras yang digunakan.

“Masih beras yang biasa di pakai, gak diturunin kualitasnya, nanti gak enak buat makan, terus bisa ngurangin pelanggan juga,” ujarnya.

Selain itu kata Winarsih, sejumlah harga bahan pangan lainnya juga sedang naik seperti cabai, dan sayur mayur.

Meski begitu, dia mengaku wartegnya tidak menaikkan harga jual. Hal itu dilakukan guna mempertahankan daya beli pelanggan.

Winarsih mengaku tidak tahu faktor apa yang menjadi penyebab kenaikan harga bahan pangan terutama beras. Namun menurutnya, kenaikan sudah mulai terasa jelang Pemilu 2024 dan kondisi seperti itu terus menerus memburuk hingga saat ini.

Baca Juga: Dua Sekawan Pelaku Rudapaksa SPG Mobil Divonis Berat Plus Denda Puluhan Juta Rupiah

“Sebelum pemilu udah lama (naik) apalagi mau puasa pada mahal,” ucapnya.

Selain Winarsih, pengusaha warteg di Jalan Pangeran Jayakarta, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Lina (42) mengeluhkan hal serupa. Dia menilai kenaikan harga beras saat ini merupakan yang paling tinggi dari sebelumnya.

“(Harga beras) Rp700 ribu sekarang, kan repot. Dulu Rp500 masih dapat sekarung, sekarang sudah Rp700 ribu, repot mahal naiknya tinggi banget,” ujar Lina.

Melambungnya harga beras membuat Lina kelimpungan mengatur strategi penjualan di wartegnya. Dia mengaku, tak berani menaikkan harga jual karena takut kehilangan pelanggan.

Alhasil, terpaksa Lina harus mengurangi porsi nasi serta lauk pauk yang dijualnya. “Ya serba bingung ya kalau kita naikin takutnya kemahalan gitu kan takutnya kurang laku,” ucapnya.

Apalagi kata Lina, selain beras harga kebutuhan pangan lainnya seperti cabai, kentang, dan beberapa jenis sayur lainnya juga tengah melonjak.

Kondisi seperti itu membuat Lina harus menerima jika pendapatan warteg miliknya dan sang suami mengalami penurunan omzet.

“Ya pokoknya menurun lah (omzet),” ujar Lina.

Lina pun berharap, agar kondisi harga pangan yang serba mahal terutama beras bisa segera di atasi oleh Pemerintah.

“Pokoknya sekarang repot buka warung tuh apa-apa mahal. Pengennya sih harga berasnya turun, biar kita enggak susah dan bingung,” tandasnya.

Kontributor : Mae Harsa

Load More