Maraknya Kasus Bunuh Diri di Jogja, Psikolog UGM Sebut Salah Satunya Akibat Copycat

Dampak pelaporan bunuh diri yang muncul di dunia maya pun mestinya jangan sampai berefek merugikan.

Muhammad Ilham Baktora
Jum'at, 20 Oktober 2023 | 19:45 WIB
Maraknya Kasus Bunuh Diri di Jogja, Psikolog UGM Sebut Salah Satunya Akibat Copycat
Psikolog sekaligus CPMH Fakultas Psikologi UGM, Nurul Kusuma Hidayati menyampaikan tentang kasus bunuh diri di Yogyakarta, Kamis (19/10/2023). [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Psikolog sekaligus Manajer Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM, Nurul Kusuma Hidayati menyatakan, maraknya kasus bunuh diri di DIY beberapa waktu terakhir salah satunya disebabkan copycat. Orang-orang yang memiliki kerentanan tinggi akan keinginan mengakhiri hidupnya melakukan copycat atau meniru kasus-kasus bunuh diri yang diketahuinya di berbagai media, termasuk media sosial (medsos).

"Pemberitaan bunuh diri di media dan paparan medsos berpotensi meningkatkan terjadinya copycat suicide atau tindakan bunuh diri yang dilatarbelakangi meniru kasus bunuh diri sebelumnya," papar Nurul dikutip, Jumat (20/10/2023).

Menurut Nurul, orang-orang tersebut seperti disuguhkan berbagai cara untuk melakukan aksi bunuh diri. Bahkan saat muncul kasus bunuh diri, banyak warganet di dunia maya yang memberikan dukungan atas aksi tersebut.

Kondisi tersebut yang membuat orang-orang yang rentan memiliki keinginan bunuh diri pun melakukan copycat. Mereka seperti mendapatkan dukungan dan referensi untuk mengakhiri hidupnya.

Baca Juga:Lansia Lakukan Pecobaan Bunuh Diri dengan Minum Racun Rumput di Pontianak, Tinggalkan Surat Wasiat

"Mereka jadi punya banyak referensi, cara apa ya [untuk bunuh diri], mana yang paling enak," tandasnya.

Selain copycat, DIY sebagai miniatur Indonesia ditinggali anak-anak muda dari berbagai daerah yang diberikan beban inspirasi orang tuanya. Banyak mimpi dan ambisi orang tua yang dititipkan ke pundak anak-anaknya.

"Akhirnya mau tidak mau menjadikan Jogja sebagai kota dengan banyak kepala-kepala yang disitu kemudian bermukim ambisi dan tekanan bagi anak muda," katanya.

Karenanya Nurul berharap sejumlah pihak, termasuk media massa dan warganet di medsos untuk mempertimbangkan soal kesehatan mental dan trauma saat menyampaikan informasi tentang kasus bunuh diri. Jangan sampai orang-orang yang memiliki kerentanan tinggi melakukan copycat.

Dampak pelaporan bunuh diri yang muncul di dunia maya pun mestinya jangan sampai berefek merugikan. Perlu adanya pemberitaan tentang cara mengatasi situasi sulit sebagai upaya deteksi dini.

Baca Juga:Heboh Kabar Siswi SMP di Batam Tergantung dalam Kamar, Pihak Sekolah: Tidak Benar

"Penyampaian berita tentang bunuh diri oleh media juga bisa memiliki efek protektif seperti bagaimana deteksi dini bunuh diri, bagaimana saat menghadapi situasi sulit dan lainnya," sebut dia.

Nurul menambahkan ada kunci yang efektif intervensi untuk pencegahan bunuh diri. Yakni melakukan pembatasan terhadap akses sarana prasarana tindak bunuh diri.

Selain itu adanya interaksi yang intensif dengan media untuk pelaporan bunuh diri yang profesional dan bertanggung jawab. Upaya pengembangan life-skill atau kecakapan hidup sosio-emosional pada remaja juga sangat dibutuhkan.

"Identifikasi atau deteksi dini, observasi, mengelola tindak lanjut untuk para individu yang terpengaruh dengan tindak bunuh diri juga perlu dilakukan," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak