Scroll untuk membaca artikel
Tekno / Internet
Rabu, 25 Desember 2024 | 17:08 WIB
Ilustrasi hoax. (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat Teknologi Kamilov Sagala membagikan tips mengatasi dan mengantisipasi kabar BRI terkena serangan ransomware yang ternyata hoax.

"Penting sekali untuk periksa sumber informasinya serta konfirmasi dari sumber terpercaya sebagai bentuk kroscek," ujarnya kepada Suara.com, Rabu (25/12/2024).

Selain itu, dirinya juga mengingatkan untuk berhati-hati tidak menyebarkan informasi sembarangan ke yang lain.

"Agar tidak menimbulkan kepanikan atau dampak egatifnya dari info yang belum kita pastikan kebenarannya," tegasnya.

Tidak hanya itu, Kamilov juga melihat dengan masyarakat bisa menggunakan teknologi yang ada sekarang untuk lebih memastikan mana kabar benar atau hoax.

"Saat ini dengan adanya teknologi atau aplikasi, bisa juga melakukan deteksi awal atas info-info tersebut," katanya.

Ilustrasi seorang peretas dan komputer yang telah terserang ransomware. [Shutterstock]

Dia juga berpesan untuk sangat berhati-hati membagikan kabar hoax karena bisa berhadapan dengan hukum.

"Sudah saatnya kita juga memahami ada masalah hukum ke depan akibat kita kurang hati-hati dengan berita atau info yang belum tentu valid," ucapnya.

Terkait kabar BRI yang terkena hoax, Kamilov melihatnya sebagai ancaman palsu dan tidak benar.

Baca Juga: Teguh Aprianto: Klaim Ransomware Bank BRI oleh Bashe Terkocak Sepanjang Masa

"Penyusup ini atau Bashe memberikan ancaman palsu," tegasnya.

Sebelumnya, tim CISSReC juga melakukan investigasi dan menemukan bahwa sampel data yang diberikan oleh Bashe Ransomware identik dengan salah satu unggahan di Scribd yang diunggah oleh salah satu akun bernama 'Sonni GrabBike' pada tanggal 17 September 2020.

"CISSReC juga melihat bahwa informasi serangan ransomware ini hanya upaya coba-coba untuk memeras BRI bahwa seolah-olah mereka terkena serangan ransomwarwe," ujar Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC.

Sedangkan menurut Teguh Aprianto, konsultan keamanan siber dan pendiri Ethical Hacker Indonesia, tidak lebih dari lelucon.

Menurutnya, data yang dilampirkan tidak cukup meyakinkan dan setelah tenggat waktu berlalu, Bashe akhirnya merilis data yang mereka sebut sebagai bukti dan hasilnya jauh dari kredibel.

Dia mengungkapkan bahwa datanya hanya satu file Excel dengan 100 baris, ternyata cocok dengan dokumen yang sudah ada di Scribd dan PDFCoffee.

"Klaim tersebut justru membuat grup ini terlihat tidak serius. Mari tepuk tangan untuk Bashe, grup ransomware terkocak sepanjang masa,” imbuh Teguh.

Load More