Scroll untuk membaca artikel
News / Metropolitan
Selasa, 14 Januari 2025 | 19:10 WIB
Selain di Kabupaten Tangerang, Banten, pagar laut misterius juga ditemukan di wilayah perairan Desa Segara Jaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. [Suara.com/Mae Harsa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selain di Kabupaten Tangerang, Banten, pagar laut misterius juga ditemukan di wilayah perairan Desa Segara Jaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.

Pantauan Suara.com di lokasi pada Selasa (14/1/2025), pagar laut yang membentang di perairan Tarumajaya itu terbuat dari ribuan bambu. Menurut warga sekitar, panjang pagar laut itu sekitar 2 kilometer.

Ribuan bambu tersebut tersusun rapi hingga menyerupai sebuah tanggul. Beberapa titik pagar laut itu terdapat timbunan tanah hingga bentuknya menyerupai daratan.

Di atas pagar laut yang telah bertanah itu, terlihat empat eskavator dan satu unit mobil yang tidak sedang beroperasi.

Rupanya, pagar laut tersebut dibangun tanpa adanya pemberitahuan kepada warga sekitar, baik itu dari pihak swasta maupun pemerintah setempat. Hal itu disampaikan oleh salah satu nelayan, Mitun (28).

Selain di Kabupaten Tangerang, Banten, pagar laut misterius juga ditemukan di wilayah perairan Desa Segara Jaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. [Suara.com/Mae Harsa]

“Enggak ada (sosialisasi). Pagar itu tiba-tiba langsung ada patok begitu ya. Makanya kita bingung ini asal usulnya dari siapa gitu. Apa dari pemda, apa dari swasta atau dari mana, kita bingung itu,”kata Mitun kepada wartawan di lokasi, Selasa (14/1/2025).

Mitun menyebut, pagar laut di pesisir utara Bekasi itu telah berdiri sejak 9 bulan lalu. Dari awal muncul pagar laut itu, warga sekitar sudah melakukan aksi demo namun tak kunjung ada perubahan.

Ia mengatakan, demo terpaksa dilakukan karena pembangunan pagar laut itu sangat mengganggu masyarakat sekitar terutama kelompok nelayan.

Sejak pagar laut itu didirikan, ia dan ratusan nelayan di Tarumajaya merasa kesusahan dalam mencari ikan.

Baca Juga: Komeng Ditanya Soal Pagar Laut di Perairan Banten: Harusnya....

Sebab, jarak untuk ke tengah laut tempat nelayan mencari ikan menjadi lebih jauh. Alhasil, biaya pengeluaran bahan bakar perahu mereka juga bertambah.

“Terganggu banget, tadinya jalannya ke sana lurus, sekarang jalannya muter jauh banget. Ya kan ketutup sama pagar itu,” tuturnya.

Ia mengatakan, tak banyak yang bisa dilakukan olehnya dan masyarakat sekitar sebagai rakyat kecil terkait pembangunan pagar laut tersebut.

Kondisi tersebut akhirnya membuat Mitun terpaksa harus berhenti menjadi nelayan. Ia kini lebih memilih sebagai pengantar wisatawan yang ingin pergi ke Sungai Jengkem.

“Ya mau gimana lagi cari ikannya kan susah, ketutup sama patok-patok itu. ya sudah lah, kita berhenti aja dah. Mending kita nyari pengunjung aja ke Sungai Jengkem, wisata gitu,” ucap Mitun.

Mitun berharap, pemerintah setempat bisa segera mengatasi persoalan pagar laut yang terjadi di wilayahnya.

“Kalau harapan kita maunya ya kayak dulu lagi aja. Supaya jangan ada yang ngalangin nelayan. Supaya nelayan enak cari ikannya. Jangan ada patok-patok begitu,” tandasnya.

Kontributor : Mae Harsa

Load More