Suara.com - Reforma agraria era Presiden ke-7 RI, Joko Widodo atau Jokowi dinilai mandek. Konflik agraria justru meningkat tajam di 2024 dan kebijakan yang lebih berpihak pada korporasi dibanding petani.
Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI), Henry Saragih, menyatakan bahwa pemerintahan Jokowi pada periode terakhirnya seolah-olah mengkhianati komitmen awal untuk melaksanakan reforma agraria.
Dalam catatan akhir tahun SPI, alih-alih redistribusi tanah, pemerintah hanya mengeluarkan sertifikasi tanah yang sudah dikuasai petani. Hal ini, menurut SPI, tidak menyentuh akar permasalahan ketimpangan penguasaan lahan.
Salah satu konflik yang menimpa warga adalah penggusuran lahan seluas 600 hektar di Nagari Kapa, Sumatera Barat oleh PT Permata Hijau, anak perusahaan Wilmar Group.
Penggusuran, perusakan, hingga penangkapan yang terjadi dilakukan secara paksa tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.
SPI mengungkapkan bahwa dari 200 kasus konflik agraria yang diajukan di tahun 2024, hanya 5 kasus yang berhasil dalam tuntutan reforma agraria yang pernah dijanjikan oleh pemerintah untuk kedaulatan petani.
Kondisi ini kata dia, menunjukkan lambannya upaya penyelesaian konflik agraria di tingkat pemerintah, yang justru semakin memihak korporasi besar.
“Konflik-konflik tidak ada penyelesaian dan jumlahnya semakin meningkat. Ada sekitar 200 kasus yang diajukan SPI, tapi baru 5 yang diselesaikan. Ini perampasan dari rakyat,” ujar Henry dalam konferensi pers Jumat (27/12/2024).
Selain lambannya penyelesaian, SPI menyoroti konflik agraria yang justru semakin meningkat akibat Proyek Strategis Nasional (PSN).
Baca Juga: Bermula dari Galeri Nasional Digembok, Ini 7 Fakta Kontroversi Pameran Yos Suprapto Batal Digelar
SPI juga mencatat perusahaan-perusahaan yang sebelumnya tidak punya Hak Guna Usaha (HGU), justru mendapat kemudahan perizinan.
“Hak pengelolaan tanah bukannya dikasih ke petani malah ke perusahaan swasta,” kata dia.
Henry menjelaskan bahwa UU Cipta Kerja memperparah situasi dengan mendorong liberalisasi di sektor agraria dan pangan. Pemerintah lebih memilih memberi jalan bagi perusahaan besar dibanding melindungi petani kecil.
Meningkatnya impor pangan yang dilakukan pemerintah juga semakin merugikan petani, salah satunya impor beras yang tercatat realisasi impor Januari-Mei sebanyak 2,755 juta ton, dan Juni-Desember 1,596 ton.
Impor beras ini dilakukan sebagai dalih pemerintah karena rendahnya produksi padi. Padahal, lahan-lahan petani untuk menanam padi semakin menyusut.
“Tanah untuk ditanam tidak ada. Petani didorong untuk nanam padi yang terus menyusut lahannya,” katanya.
SPI berharap di masa mendatang ada keberpihakan nyata kepada petani kecil. Mereka juga berencana untuk kembali menggugat UU Cipta Kerja dan kebijakan lain yang dianggap merugikan petani di tahun 2025. [Kayla Nathaniel Bilbina]
Berita Terkait
-
Hasto Kaitkan Status Tersangkanya dengan Jokowi Tiga Periode, Projo: Mencoba Mengaburkan
-
Cuma Undang Kaesang, Kiky Saputri Kaget Kafenya Didatangi Jokowi Sekeluarga
-
Cuma ke Warung Ayam, Iriana Jokowi Tenteng Louis Vuitton Puluhan Juta
-
Berapa Harga BMW i7? Ditumpangi Iriana Jokowi, Diduga Milik Bobby Nasution
-
Curigai Jokowi di Balik Penetapan Tersangka Hasto Kristiyanto, PDIP Punya Bukti atau Cuma Fitnah?
Terpopuler
- Heboh Pameran Lukisan Yos Suprapto Dibatalkan, Jokowi: Itu Kreativitas yang Harus Dihargai
- Komisi III DPR RI Kecolongan! Mantan Istri Yudi Ungkap Tak Ada Kasus Pemerkosaan
- Harga Emas Antam Tiba-tiba Naik Jadi Rp1.528.000/Gram Hari Ini
- Kalahkan Singapura, Satu Kaki Vietnam di Final Piala AFF 2024
- 6 Rekomendasi HP 5G Rp 4 Jutaan Memori 256 GB Terbaik Desember 2024
Pilihan
-
Heboh Pameran Lukisan Yos Suprapto Dibatalkan, Jokowi: Itu Kreativitas yang Harus Dihargai
-
Komisi III DPR RI Kecolongan! Mantan Istri Yudi Ungkap Tak Ada Kasus Pemerkosaan
-
Tragedi di Desa Miau Baru: Pemilik Kebun Sawit Ditemukan Tewas, Diduga Dibunuh
-
Budaya Dayak Hiasi Desain Rp 1 Triliun Istana Wapres di IKN
-
Rp 2,7 Triliun ULE Disiapkan BI Kaltim untuk Natal dan Tahun Baru 2025
Terkini
-
ISESS Desak Polisi Pemeras Penonton Konser DWP Dipecat dan Diproses Pidana
-
Deportasi Besar-besaran Era Trump: 18.000 Warga India Terancam!
-
Kondisi Aman di Suriah? 18.000 Pengungsi Pulang Kampung dari Yordania usai Assad Lengser
-
Berkomitmen Cegah Gratifikasi, Ini yang Dilakukan Kepala BP Haji
-
Terkait Vonis Bebas Ronald Tannur, Lima Aparatur PN Surabaya Disanksi Berat
-
Wamen BUMN Ikut Pantau, Kakorlantas: Alhamdulillah Puncak Arus Mudik Natal Sudah Terlewati
-
Happy Ending! Ipda Rudy Soik Tidak Jadi Dipecat dari Kepolisian
-
Satu Mahasiswa Terluka Dipentung Aparat Saat Aksi Tolak PPN 12 Persen di Kawasan Patung Kuda
-
Hasto Kaitkan Status Tersangkanya dengan Jokowi Tiga Periode, Projo: Mencoba Mengaburkan
-
Aksi Mahasiswa BEM SI Tolak PPN 12 Persen Dibubarkan Serangan Water Canon Aparat