Scroll untuk membaca artikel
Lifestyle / Komunitas
Rabu, 04 Desember 2024 | 12:56 WIB
tramadol. [Dok.Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Praktisi kesehatan masyarakat, Ngabila Salama menyebutkan bahwa tramadol sebagai penyebab agresivitas pada remaja yang memicu tawuran atau perkelahian. Obat golongan daftar G ini memiliki efek adiktif dan dapat berdampak buruk jika disalahgunakan.

“Tramadol dapat meningkatkan risiko tawuran pada remaja karena efek agresivitas dan adiksi yang ditimbulkannya,” kata Ngabila, Rabu (4/12/2024).

Ngabila menjelaskan bahwa tramadol adalah obat keras yang biasa digunakan untuk mengatasi nyeri sedang hingga berat. Obat ini bekerja dengan memengaruhi sistem saraf pusat, memberikan efek euforia, tetapi juga dapat menyebabkan ketergantungan jika digunakan tanpa resep dokter.

Penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi tramadol dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis. Pengguna yang berhenti mendadak berisiko mengalami gejala putus obat seperti gelisah, insomnia, hingga kejang.

Selain itu, tramadol dapat memengaruhi perilaku remaja, seperti perubahan suasana hati yang ekstrem hingga agresivitas.

“Ketika efek obat mulai hilang, pengguna sering merasa frustrasi, yang memicu perilaku agresif dan konflik sosial,” jelas Ngabila.

Efek lain yang mirip narkoba, seperti halusinasi dan gangguan kognitif, juga dapat menurunkan kemampuan belajar, konsentrasi, serta prestasi akademik. Risiko ini semakin besar pada remaja, yang masih dalam tahap perkembangan fisik dan emosional.

Menurut Ngabila, pencegahan ketergantungan tramadol pada remaja membutuhkan pendekatan holistik. Orang tua dan pemerintah perlu memberikan edukasi bahwa tramadol adalah obat keras yang memerlukan resep dokter.

“Orang tua harus menjalin komunikasi terbuka dan memberikan dukungan emosional agar remaja tidak mencari pelarian melalui obat,” katanya.

Ngabila juga menekankan pentingnya mengawasi penggunaan obat keras di rumah dan menyimpannya di tempat aman. Dari sisi pemerintah, upaya seperti menyediakan layanan konseling di sekolah dan kampanye anti-narkoba sangat diperlukan.

“Konseling dapat membantu mengatasi kecemasan dan depresi, sekaligus menjadi wadah promosi kesehatan mental,” ujarnya.

Kegiatan positif seperti olahraga, seni, atau organisasi komunitas juga dapat menjadi alternatif untuk mengurangi risiko penyalahgunaan obat.

Ngabila menyarankan agar aturan hukum terhadap penyalahgunaan obat diterapkan secara tegas, namun rehabilitasi harus diutamakan bagi remaja yang sudah terlibat.
Bahaya Ketergantungan

Ngabila mengingatkan, bahaya tramadol bagi remaja tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik tetapi juga psikologis.

“Kesadaran dini dan penanganan tepat adalah kunci melindungi generasi muda dari bahaya tramadol,” tegasnya. (antara)

Load More